Jatinangor adalah sebuah daerah tempat berdiri empat kampus besar yaitu Unpad, Unwim, Ikopin, dan IPDN. Secara administratif, Jatinangor adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sumedang. Hanya memerlukan waktu 5 menit dari pintu tol Cileunyi untuk mencapai Jatinangor. Membahas Jatinangor kawasan pendidikan atau kawasan perdagangan merupakan lagu lama yang tetap diperbincangkan banyak orang. Namun, di balik apakah Jatinangor adalah kawasan pendidikan atau perdangangan, mahasiswa dan warga disana saling berinteraksi satu sama lain dalam konteks masyarakat sosial. Masyarakat membutuhkan mahasiswa, begitu pula mahasiswa yang tak dapat terlepas dari masyarakat.
Sebagian besar penduduk Jatinangor memang warga pendatang. Tentu saja, karena mahasiswa yang mengenyam pendidikan di
Mata pencaharian masyarakat Jatinangor sebagian besar adalah sebagai fasilitator mahasiswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka yang berjualan makanan, penyedia tempat kos, dan tempat fotokopi mendapatkan penghasilan terbesar dari keberadaan dan kegiatan mahasiswa. Begitu pula dengan warung internet (warnet), ojek, dan supir angkutan umum. Pengguna terbesar jasa mereka adalah mahasiswa.
Ketika libur menjelang setelah ujian akhir semester (UAS), di Universitas Padjadjaran Jatinangor yang semula ramai dengan segala aktivitas yang dilakukan mahasiswa, kini terasa tenang dan hanya sedikit aktivitas yang terlihat di
Pengaruh yang terasa tidak hanya terlihat dari suasana Jatinangor yang sepi. Penghasilan warga Jatinangor yang menjadi fasilitator mahasiswa selama ini juga mengalami penurunan. Tidak tanggung-tanggung, penurunan penghasilan yang mereka dapat saat masa liburan bisa mencapai 70%-80%. Tentu ini adalah penurunan bagi kesejahteraan mereka juga.
“Ya, kalau liburan gini mah, sepi kaya gini, Mbak! Penurunannya nyampe 75%, ” ujar Widi, seorang penjaga kios fotokopi “Delima” di seberang Jalan Ciseke.
Alex, pemilik “Xerox Fotocopi” di Jalan Jatinangor pun mengatakan penghasilannya turun hingga 70% dibandingkan hari-hari biasanya. Begitu pula dengan tukang ojek dan supir angkutan umum dalam kampus. Mereka mengaku pengasilannya turun drastis saat masa liburan. Bahkan pemilik salah satu tempat makan di Jatinangor, Ampera, berencana memilih untuk menutup warung makan tersebut sementara selama masa liburan karena konsumen yang semakin sedikit.
“Ya, konsumennya berkurang, sekarang yang dateng cuma 30% lah. Rencananya mah nanti dilihat sampe Kamis, kalau Kamis sepi, ya kita tutup aja,” jawab Mijat pemilik warung makan Ampera saat ditanya mengenai pengaruh masa libur mahasiswa.
“Biasanya sehari tuh penuh, sekarang yang datang cuma delapan orang lah. Penurunannya sekitar 80%. Tapi kalo dibilang rugi sih, nggak juga, soalnya kita kontraknya satu tahun,” ujar Dadi, penjaga warnet Character.
Mahasiswa memunyai pengaruh yang cukup besar bagi warga Jatinangor. Liburan memang hal menyenangkan bagi mahasiswa, tapi tidak dengan para pedagang dan pengusaha lainnya di Jatinangor. Mereka harus mencari cara untuk dapat memenuhi kebutuhannya selama masa libur perkuliahan berlangsung. (Kiky Amalia Indria F. 2101 1006 0162)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar