Rabu, 23 Januari 2008

Liburan Tiba, Jatinangor Sepi

Kegiatan mahasiswa sehari-hari merupakan ladang penghasilan bagi masyarakat Jatinangor yang berkerja dan bermata pencaharian dengan berinteraksi dengan mahasiswa. Keberadaan mahasiswa jelas memengaruhi kehidupan masyarakat Jatinangor. Pernahkan Anda melihat Jatinangor saat libur kuliah tiba? Kita dapat melihat Jatinangor seperti kota mati yang ditinggalkan penduduknya. Apakah peran mahasiswa hanya sebagai penambah penghasilan warga Jatinangor?

Jatinangor adalah sebuah daerah tempat berdiri empat kampus besar yaitu Unpad, Unwim, Ikopin, dan IPDN. Secara administratif, Jatinangor adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sumedang. Hanya memerlukan waktu 5 menit dari pintu tol Cileunyi untuk mencapai Jatinangor. Membahas Jatinangor kawasan pendidikan atau kawasan perdagangan merupakan lagu lama yang tetap diperbincangkan banyak orang. Namun, di balik apakah Jatinangor adalah kawasan pendidikan atau perdangangan, mahasiswa dan warga disana saling berinteraksi satu sama lain dalam konteks masyarakat sosial. Masyarakat membutuhkan mahasiswa, begitu pula mahasiswa yang tak dapat terlepas dari masyarakat.

Sebagian besar penduduk Jatinangor memang warga pendatang. Tentu saja, karena mahasiswa yang mengenyam pendidikan di sana berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Misalnya, Universitas Padjadjaran yang tahun 2007 ini menerima mahasiswa baru sebanyak 9.113 orang. Walau tak semua berkuliah di Jatinangor, namun 13 fakultas berada di wilayah ini. Belum lagi ditambah dengan mahasiswa lama dan dosen yang mengajar di sana, tentulah jumlah sivitas akademika lebih banyak dari warga Jatinangor itu sendiri. Bisa kita bayangkan betapa crowded-nya suasana Jatinangor saat masa perkuliahan berlangsung.

Mata pencaharian masyarakat Jatinangor sebagian besar adalah sebagai fasilitator mahasiswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka yang berjualan makanan, penyedia tempat kos, dan tempat fotokopi mendapatkan penghasilan terbesar dari keberadaan dan kegiatan mahasiswa. Begitu pula dengan warung internet (warnet), ojek, dan supir angkutan umum. Pengguna terbesar jasa mereka adalah mahasiswa.

Ketika libur menjelang setelah ujian akhir semester (UAS), di Universitas Padjadjaran Jatinangor yang semula ramai dengan segala aktivitas yang dilakukan mahasiswa, kini terasa tenang dan hanya sedikit aktivitas yang terlihat di sana. Hanya ada beberapa mahasiswa berkepentingan yang datang ke kampus. Angkutan umum seperti ojek atau angkutan umum dalam kampus hanya mengangkut beberapa penumpang saja. Tidak seperti biasanya yang selalu berdesak-desakan untuk masuk angkutan umum saat pagi hari menjelang. Demikian pula dengan tempat kos. Hanya ada beberapa tempat kos yang masih berpenghuni. Sebagian besar mahasiswa memilih untuk pulang ke daerah asalnya untuk menikmati liburan.

Pengaruh yang terasa tidak hanya terlihat dari suasana Jatinangor yang sepi. Penghasilan warga Jatinangor yang menjadi fasilitator mahasiswa selama ini juga mengalami penurunan. Tidak tanggung-tanggung, penurunan penghasilan yang mereka dapat saat masa liburan bisa mencapai 70%-80%. Tentu ini adalah penurunan bagi kesejahteraan mereka juga.

“Ya, kalau liburan gini mah, sepi kaya gini, Mbak! Penurunannya nyampe 75%, ” ujar Widi, seorang penjaga kios fotokopi “Delima” di seberang Jalan Ciseke.

Alex, pemilik “Xerox Fotocopi” di Jalan Jatinangor pun mengatakan penghasilannya turun hingga 70% dibandingkan hari-hari biasanya. Begitu pula dengan tukang ojek dan supir angkutan umum dalam kampus. Mereka mengaku pengasilannya turun drastis saat masa liburan. Bahkan pemilik salah satu tempat makan di Jatinangor, Ampera, berencana memilih untuk menutup warung makan tersebut sementara selama masa liburan karena konsumen yang semakin sedikit.

“Ya, konsumennya berkurang, sekarang yang dateng cuma 30% lah. Rencananya mah nanti dilihat sampe Kamis, kalau Kamis sepi, ya kita tutup aja,” jawab Mijat pemilik warung makan Ampera saat ditanya mengenai pengaruh masa libur mahasiswa.

“Biasanya sehari tuh penuh, sekarang yang datang cuma delapan orang lah. Penurunannya sekitar 80%. Tapi kalo dibilang rugi sih, nggak juga, soalnya kita kontraknya satu tahun,” ujar Dadi, penjaga warnet Character.

Mahasiswa memunyai pengaruh yang cukup besar bagi warga Jatinangor. Liburan memang hal menyenangkan bagi mahasiswa, tapi tidak dengan para pedagang dan pengusaha lainnya di Jatinangor. Mereka harus mencari cara untuk dapat memenuhi kebutuhannya selama masa libur perkuliahan berlangsung. (Kiky Amalia Indria F. 2101 1006 0162)

Sarana Olahraga di Jatinangor

Tinggal di sebuah kota kecil yang sedang mencoba untuk berkembang akan menemui beberapa kekurangan. Jatinangor yang sebagian dipadati dengan mahasiswa saat ini sedang mencoba membangun beberapa fasilitas, antara lain sarana olahraga, pusat perbelanjaan dan sebagainya. Dengan adanya fasilitas-fasilitas baru ini memudahkan penduduk Jatinangor. Jika ingin refreshing, belanja, nonton film, atau berolahraga tidak perlu pergi dan menghabiskan waktu ke Bandung, cukup di Jatinangor saja.

Akhir-akhir ini penduduk Jatinangor dimanjakan dengan sarana olah raga berupa lapangan futsal. Dipelopori oleh X’celcius dan selanjutnya Futsal Jatos. Jauh sebelumnya sudah ada sarana olahraga golf, Bandung Giri Graha (BGG) di Jatinangor. BGG juga dilengkapi dengan fasilitas lain yaitu, kolam renang, penginapan, tempat fitness, spa, dan restaurant. Namun, animo masyarakat Jatinangor kurang untuk menggunakan sarana ini karena olahraga golf hanya diperuntukkan bagi kelas menengah atas dan tidak terjangkau oleh penduduk dan mahasiswa. BGG lebih sering dikunjungi oleh orang-orang di luar Jatinangor, seperti Bandung dan Jakarta. Bahkan Wakil Presiden Jusuf Kalla pernah berkunjung ke tempat ini.


Berbeda dengan BGG, sarana olahraga lapangan futsal lebih digandrungi mahasiswa dan umum. Salah satunya X’celcius yang resmi dibuka pertengahan Oktober 2007. Saat pertama dibuka, lapangan futsal yang terdiri dari satu lapangan rumput sintetik seharga Rp. 90.000 per jam dan satu lapangan pasir seharga Rp. 60.000 per jam. Namun, saat ini harga kedua lapangan naik menjadi lapangan rumput sintetik sebesar Rp. 120.000 per jam dan lapangan pasir seharga Rp. 90.000 per jam.

Dengan adanya kenaikan harga diharapkan tidak menyurutkan semangat olahraga masyarakat. Dan selalu berpegang teguh bahwa di dalam tubuh yang kuat terdapat tubuh yang sehat. (Resi Fahma Gustiningsih 2101 1006 0230)

Perubahan Jalur Jalan Raya Jatinangor

Satu minggu menjelang hari Raya Idul Fitri jalan baru di depan kampus IPDN sudah mulai dipergunakan secara resmi dengan memasang rambu-rambu baru. Jalan itu digunakan oleh kendaraan yang akan menuju ke Sumedang dan tembus hingga pangkalan Damri. Namun, perubahan jalur di Jalan Raya Jatinangor ini tidak tersosialisasi dengan baik karena masih banyak kendaraan yang tidak mematuhinya. Mengenai sosialisasi ini, Yong Tunaryo, Ketua Unit Lalu Lintas Jatinangor mengatakan, “Kami biarkan rambu-rambu itu dilihat orang, artinya tetap menegakkan tetapi tidak melaksanakan. Jika ada yang masuk kita hentikan tegur, tegur, dan tegur dan sekarang sudah masuk pada bulan penindakan.”

Sementara jalan yang biasa digunakan hanya boleh digunakan untuk angkutan umum pada pukul 06.00 sampai 15.00 WIB. Tetapi lewat dari jam 15.00 masih saja ada angkutan umum yang melewati jalan itu. Hal itu dimaklumi oleh Yong yang ditemui di Pos Polisi Jatinangor, ia mengatakan, “Kalau tidak terlalu menganggu arus masih bisa ditoleransi. Tetapi kembali pada kesadaran masing-masing pengguna jalan. Kalau menerobos-menerobos saja kemudian menunggu petugas lengah, bisa saja. Itu berarti kembali kepada kepribadiannya masing-masing, apakah mau tertib atau tidak.”

Perubahan jalur yang ditentukan oleh Bina Marga dan Dinas Perhubungan ini bertujuan untuk mengurangi beban dari ruas pangkalan Damri sampai IPDN dan mengurangi intensitas volume kendaraan di sekitar Toserba Griya dan Jatinangor Town Square. Dengan adanya perubahan jalur ini kemacetan di Jalan Raya Jatinangor sedikit berkurang.

Perubahan jalur ini juga merupakan salah satu rencana dari Dinas Perhubungan dalam melakukan pelebaran jalan di Jatinangor. “Sejak jalur baru dari IPDN sampai Pangdam dibuat, ada rencana langsung membuat jalan ke Unpad dan keluar dari Cikuda. Ke depan diupayakan menjadi dua jalur,” tutur Yong. (Fauzul Aziza Ichsani 2101 1006 0208)

Jatinangor oh Jatina-raka

Pernah denger lirik lagu ini?
Sudah jangan ke Jatinangor, masih ada kota lainnya...
Perempuan tak cuma dia, ada tiga milyar dua puluh satu...

Nah lirik itu bagian dari lagu "Jatinangor Oh Jatinangor" karya Pidibaiq, dedengkot The Panasdalam, yang bawain nih lagu. Ceritanya Jatinangor banget, termasuk mahasiswinya yang kerap jadi rebutan. Kabarnya nih lagu ada ceritanya, yaitu temen si Pidibaiq yang suka ama mahasiswi Fakultas Psikologi Unpad Jatinangor. Segala daya upaya dilakukan untuk mendapatkan cinta dari sang mahasiswi.

Namun, cintanya bertepuk sebelah tangan. Sang mahasiswi psikologi telah menjalin asmara dengan sesama mahasiswa Unpad. Seperti dalil Panglima Tian Feng dalam serial Kera sakti "Sejak dahulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir." Cinta memang bisa sangat menyakitkan, tapi cinta juga bisa mengilhami lagu. Ya, begitulah cinta.

Kembali ke The Panasdalam, band ini juga bikin lagu yang bercerita tentang Unpad Jatingor. Lagu tersebut dinamai "Mahasiswi Kedokteran Unpad". Lirik lagunya kocak abis. Irama lagunya ngebit abis. Dan auranya ngaco abis, tapi keren lah. Salah dua bait lagunya bicara gini:
Celana jeans jaket juga pintar
Sexy menggoda dia cantik tidak tergugat,
Bidadari kami mahasiswi kedokteran Unpad...
Unpad... Unpad... Unpad...


Seminar paling depan,
Demo Bandung Jakarta
Apasih kurangnya dia?
Bidadari kami mahasiswi kedokteran
Unpad... Unpad... Unpad... Unpad...

The Panasdalam sendiri adalah band yang didirikan oleh mahasiswa ITB alias Institut Teknologi Bandung. Awalnya The Pandal dinamai sebagai Negara Kesatuan Republik The Panasdalam. Negara ini "diproklamasikan" sekitar tahun 1995. Lirik-lirik dalam lagu ini unik atau mungkin aneh tapi enak buat didengerin.

Dari Taman Sari ke Jatinangor, musik bisa menyambungkannya. Apalagi mahasiswa yang menuntut ilmu. Beugh, dari seantero Indonesia dateng ke Jatinangor, bahkan dari Malaysia and India juga. Jatinangor bisa menjadi tempat menuntut ilmu, mencari inspirasi, hingga patah hati. Buat yang terakhir disebut, Jatinangor can be Jatina-raka. (Tendi Mahadi 2101 1006 0121)

Penjualan Koran Menurun Sekitar 50%

Penjualan koran di sekitar kampus Universitas Padjadjaran (Unpad), Jatinangor, Sumedang, mengalami penurunan sekitar 50 persen. Penurunan penjualan telah dirasakan pedagang koran di kios sisi kiri gerbang lama Unpad, Ujang, 18, sejak Jumat (18/01) lalu. Masa libur perkuliahan semester ganjil merupakan faktor penyebabnya.

Mahasiswa Unpad sebagai pembeli utama koran di kios gerbang lama Unpad pada umumnya telah pulang ke daerah asal. Kini, rata-rata oplah pengiriman dan penjualan koran dikurangi hingga setengahnya dari jumlah pada hari perkuliahan biasa kecuali Tribun Jabar, Galamedia, Radar Bandung, Warta Kota, dan The Jakarta Post. Koran Tempo yang biasa terjual habis sekitar 50 oplah per hari turun menjadi 25 oplah. Padahal pasokan koran telah diturunkan menjadi 25 eksemplar per hari. Begitu juga dengan Media Indonesia. Setelah Koran Tempo memberlakukan tarif student rate seribu rupiah, penjualan Media Indonesia dengan tarif sama semakin menurun mencapai 25-50% per hari.

Koran Kompas dan Pikiran Rakyat yang biasa tersedia 25 eksemplar, sekarang hanya ada 10-15 eksemplar. Dalam satu hari, itu pun kerap tidak terjual habis. Sisa koran yang tidak terjual per hari berkisar antara setengah dari jumlah yang dikirim pagi hari.

“Penghasilan dari koran yang biasa 50 ribu bisa jadi 20 ribu,” kata Ujang. Meskipun terjadi penurunan, ia akan tetap berjualan koran di kios gerbang Unpad selama liburan semester ganjil ini karena tidak ada usaha sampingan yang dijalani. Menurutnya, penurunan penjualan oplah koran diprediksi akan terjadi hingga menjelang masa perkuliahan semester genap sekitar pertengahan Februari nanti.

Situasi Jatinangor sebagai kawasan pendidikan kini relatif lebih lengang jika dibandingkan dengan masa perkuliahan biasa. Kondisi ini cukup membuat omzet penjualan para pedagang lain seperti pedagang makanan dan usaha fotokopi juga ikut menurun. (Gilang Mustika Ramdani 2101 1006 0145)

Tur Dunia Kerja Mahasiswa Manajemen Komunikasi Fikom Unpad

Semester tiga adalah waktunya bagi para mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran untuk melaksanakan masa orientasi jurusan sesuai dengan jurusan yang mereka pilih. Berbagai kegiatan yang berhubungan dengan dunia kerja diadakan pada masa ini. Tentunya hal ini ditujukan agar para mahasiswa memahami dan memiliki bayangan bagaimana situasi yang harus mereka hadapi saat mereka bekerja nanti.

Dunia kuliah memang berbeda dengan dunia sekolah. Jika di sekolah para siswa lebih banyak mendengarkan guru dan mengerjakan latihan-latihan soal, di perguruan tinggi banyak hal lain yang bisa dilakukan oleh para mahasiswanya. Segala hal yang telah dipelajari biasanya disertai dengan praktik langsung, sehingga akan lebih mudah untuk dipahami.

Salah satu jurusan yang telah mengadakan kegiatan orientasi jurusannya adalah Jurusan Manajemen Komunikasi. Mahasiswa Manajemen Komunikasi angkatan 2006 telah mengikuti kegiatan orientasi yang diberi nama POSTER sejak Desember 2007 lalu. Sebagai rangkaian penutup kegiatan ini, diadakan kegiatan Tur Dunia Kerja (TDK) pada 22 Januari 2008.

Menurut Rizfy Juliansyah, Wakil Ketua Panitia POSTER, TDK adalah kegiatan tahunan berupa kunjungan ke beberapa perusahaan media cetak dan elektronik yang ada di Jakarta. Pada tahun ini, Jurusan Manajemen Komunikasi Fikom Unpad bekerja sama dengan Trans7 sebagai media elektonik, dan Tempo serta Hai Magazine sebagai media cetak.

Ketiga media ini dipilih karena masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Trans7 adalah media televisi yang sedang berkembang dan baru saja berganti kepemilikan, sehingga banyak penyesuaian yang harus mereka lakukan. Tempo adalah majalah yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya. Baik dari segi isi maupun wartawan-wartawan yang bekerja di sana. Dapat dikatakan, dari sinilah wartawan-wartawan sukses dilahirkan. Sedangkan Hai Magazine adalah media cetak dengan segmentasi anak muda.

Kegiatan dilakukan sejak pagi hingga malam hari. Dengan menggunakan tiga buah bus, para mahasiswa diberangkatkan secara bertahap. Tujuan pertama adalah Trans7, kemudian Tempo dan Hai Magazine. Dari seluruh mahasiswa Jurusan Mankom yang berjumlah sekitar 130 orang, 90 orang diantaranya turut serta dalam kegiatan ini.

Hal ini tentu sangat disayangkan oleh pihak panitia. Ternyata tidak semua mahasiswa memiliki kesadaran yang tinggi akan perlunya kegiatan ini bagi masa depan mereka. Padahal, kegiatan ini sengaja diadakan untuk menambah wawasan para mahasiswa dalam mengenal dunia kerja.

Serangkaian kegiatan telah disiapkan oleh pihak panitia selama para mahasiswa berada di perusahaan-perusahaan tersebut. Mereka diperkenalkan dengan cara kerja yang dilakukan oleh bagian marketing, kreatif, public relations, dan lain-lain. Selain itu, staf dari pihak perusahaan juga akan memberikan seminar yang tidak hanya berhubungan dengan kejurnalistikan dari media tersebut, tapi juga pemasaran, perencanaan media, dan lain-lain.

Setelah mengikuti kegiatan ini, para peserta merasa cukup puas dengan apa yang mereka dapat. Menurut Dina, salah satu peserta, banyak ilmu yang didapat dari kegiatan ini. Sistem kerja per kelompok juga sangat membantu, karena membuat suasana lebih teratur dan kondusif.

"Sayangnya kegiatan saat di perusahaan media cetak agak membosankan," tutur Dina. Selain itu, ia berharap pada TDK berikutnya, perusahaan media yang dikunjungi lebih banyak, sehingga sistem kerja yang diketahui peserta lebih variatif. (Annisa Thabiina 2101 1006 0144)

Pangdam ku sayang, Pangdam ku macet....

Pangdam a.k.a. (also known as atau alias) Pangkalan Damri adalah salah satu tempat yang populer di Jatinangor. Tempat ini adalah tujuan bagi angkutan umum Damri yang datang dari Elang ataupun Dipati Ukur. Kebanyakan penumpang Damri-nya adalah para mahasiswa. Nah, pas mahasiswa yang naik Damri datang, wah, tukang ojek pada ngerubunin deh. Kalo udah gitu, akses buat ngelewati pangdam makin susah.

Selain itu, kini Pangdam pun dikondisikan buat jadi jalur satu arah menuju pantura. Dengan kebijakan ini kendaraan yang menuju Sumedang, Cirebon, terus ke Pantura akan melewati jalur ini. Celakanya, banyak kendaraan yang lewat jalur itu merupakan kendaraan besar, kayak bis dan truk. Kendaraan yang gede-gede kayak gini, bikin jalan makin sempit dan susah buat dilewati.

Udah gitu, ada satu hal lain yang bikin jalur di Pangdam ini tambah semrawut misalnya di pagi hari saat gerbang lama Unpad belum dibuka. Nah, ini bikin kendaraan yang mau masuk ke Unpad mesti lewat pintu belakang. Tapi karena kini jalur kanan Pangdam udah dipake halte khusus Damri, makanya kendaraan yang mau ke pintu belakang Unpad pun jadi susah lewat. Sebenernya ada larangan bagi kendaraan untuk nggak lewat Pangdam kalo menuju daerah pintu belakang Unpad, BGG, Unwim, Kiara Payung, dan sekitarnya. Tapi, itu dirasa nggak praktis karena mesti muter ke deket IPDN.

Masalahnya, sering kali kita sebagai mahasiswa punya waktu yang mepet dalam mengejar waktu ke kampus. Entah buat ngejar kuliah, ngejar deadline tugas, bahkan ngejar ujian. Kalo mesti muter di IPDN kan butuh waktu lama. Jalan raya Jatinangor yang kecil malah dipake sama mobil-mobil gede, bikin macet gak bisa dihindari. Apa lagi sama angkot cokelat yang ngetem sembarang tempat. Saya pribadi kalo gak kepepet banget mah, gak mau naek tu angkot. Lebih baik saya jalan kaki daripada mesti naek angkot yang jalannya lama plus ngetem sembarang tempat.

Jalan kecil dipake ama mobil gede, kendaraan umum yang ngetem sembarangan, tukang ojek yang jalan sembarangan dan ngerumunin Damri, ditambah pengendara motor yang masuk Pangdam lewat depan, serta pedagang di pinggir jalan, bikin Pangdam bagaikan tempat yang gak jelas bentuknya. Kapan semua kekacauan ini akan berakhir? (Tendi Mahadi 2101 1006 0121)

Gaya Baru dalam Berkaraoke

Pada 17 Januari 2008, ada 'kejutan' menyenangkan untuk warga Jatinangor. Penyanyi Dangdut Saipul Jamil datang ke Jatinangor. Ia datang sebagai bintang tamu dalam peresmian 'Starbox Instant Karaoke'. Ya, 'Starbox Instant Karaoke' kini hadir di Jatinangor Townsquare, tepatnya di lantai 3. Karaoke instan milik pasangan Agus dan Heni Sugiarti ini menawarkan gaya baru dalam berkaraoke.

Meskipun tidak seperti tempat-tempat karaoke besar yang mewah, 'pengemasan' karaoke instan ini tetap menarik. Fasilitasnya pun tidak kalah lengkap. Starbox menyediakan lima karaoke box berwarna cerah yang masing-masing cukup untuk empat orang. Di dalamnya, terdapat sebuah televisi, mikrofon, pendingin ruangan, lampu disko, sebuah kursi panjang, dan juga kipas angin. Pengunjung dijamin nyaman di dalamnya, karena 'kotak' tersebut dibuat dari bahan fiber. Selain itu, sound system yang digunakan Starbox merupakan yang paling canggih di kelasnya.

Starbox memiliki koleksi lagu sebanyak 35.000 yang sangat bervariasi. Dari lagu-lagu Indonesia, Barat, sampai lagu-lagu Mandarin, semua ada. Bahkan, lagu dangdut dan lagu anak-anak pun ada. Lagu-lagu ini selalu di-up-date setiap bulannya.

Penggunaan Starbox juga sangat mudah. Jadi, bagi yang belum pernah berkaraoke, tidak usah cemas. Starbox menggunakan sistem koin. Hanya dengan satu koin seharga Rp 2.500, pengunjung bisa menikmati satu lagu. Jika tidak puas dengan hanya satu lagu, cukup melapor kepada pegawai Starbox. Selain itu, pengunjung yang ingin mendengarkan suaranya ketika berkaraoke, bisa meminta hasil rekamannya. Dengan menambah Rp 10.000, pengunjung bisa mendapatkan rekaman suaranya dalam bentuk kaset.
Selama tiga hari sejak peresmiannya, Starbox membebaskan semua pengunjung berkaraoke tanpa dipungut biaya alias gratis. Hal tersebut berhasil menarik perhatian masyarakat. Setelah habis masa promosi pun, Starbox tetap ramai dikunjungi.
Bagi warga Jatinangor, terutama yang memunyai hobi dan bakat dalam bernyanyi, 'Starbox Instant Karaoke' cukup direkomendasikan. Selain lebih murah, penggunaannya juga tidak sulit. Semua orang dapat menggunakannya dengan mudah, anak kecil sekalipun. Jadi, tunggu apalagi untuk bernyanyi di dalam kotak-kotak berwarna cerah ini? (Amandani S. Hastari 2101 1006 0089)

"Diving" Bareng Padjadjaran Diving Club (PDC)

Lo suka laut? Lo seneng ngeliat ikan dan karang laut? Atau lo bahkan cinta mati ama laut dan lingkungan bawah laut sampai lo ngerasa gak cukup kalo cuma ngeliatin doank? Artinya lo mesti diving. Di Jatinangor, tepatnya di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Jurusan Biologi UNPAD, ada klub yang khusus nampung minat dan bakat mahasiswa UNPAD di bidang diving. Namanya Padjadjaran Diving Club atau kita sebut aja PDC. PDC dibentuk tahun 2005, sebenernya PDC belum resmi jadi UKM, soalnya sampe sekarang anggotanya baru lima puluh orang. Rektor UNPAD Ir. Ganjar Kurnia bilang belum memenuhi syarat dari ketentuan yang minimalnya diisi 100 orang.

Nah, di PDC kita bisa nyalurin hobi diving lo bareng temen-temen laen yang satu hobi juga. Buat pemula, PDC juga nyediain instruktur yang udah mahir soal diving. Diving sendiri ada dua jenis, yang pertama skin diving. Skin diving artinya menyelam di permukaan laut. Aktivitas olahraga air ini cuma dibantu snorkel, masker, dan sirip selam ditambah diving suit. Diving suit baru diperluin waktu suhu air sekitar 0-12 derajat celcius biar tubuh penyelam terlindung dari rasa dingin berlebihan. Jadi, tujuan skin diving cuma buat mereka yang seneng liat-liat pemandangan bawah laut doank sambil berenang di permukaan terus diving yang kedalamannya gak nyampe 10 meter. Biarpun keliatan repot mesti sering bolak-balik dari bawah laut ke permukaan, skin diving mutlak mesti dikuasai semua orang yang pengen bisa scuba diving. Singkatnya, skin diving adalah teknik dasar dari penyelaman.

Jenis diving yang kedua adalah scuba diving. Buat bisa scuba diving seorang penyelam mesti dibantu alat-alat scuba yang lebih lengkap dan lebih banyak, terdiri dari pipa nafas, kacamata selam, regulator, jam selam, tangki, pelampung pengatur, sabuk pemberat, baju selam basah(wet diving suit), pisau selam dan terakhir sirip renang. Tujuan scuba diving lebih banyak, misalnya para fotografer bawah laut yang pengen mengabadikan panorama indah di bawah laut yang bagai aquarium dengan berjuta-juta kehidupan yang bikin kita terpesona, para scuba diver-adventurer, biasanya mereka berpetualang di taman-taman bawah laut, atau bisa juga untuk observasi untuk melihat jenis kerang.

Skin dan scuba adalah dua jenis penyelaman yang diajarkan di PDC, dengan biaya pendaftaran Rp 200.000 para anggotanya akan langsung mendapat pelatihan. Peminat bisa langsung mendaftar ke markasnya di MIPA Jurusan Biologi UNPAD Jatinangor. Menurut Raymond, ketua dari PDC, PDC akan memberikan pelatihan yang terbaik buat para anggotanya, mulai dari teknik dasar skin diving sampe kemahiran di tingkat scuba, bagi anggota yang tidak mampu membeli peralatan-peralatan selam yang notebene mahal (yang paling murah, skin diving aja nyampe Rp 1,5 juta) akan dipinjamkan peralatan dari PDC.

Latihannya sendiri diadakan tiap 1 kali seminggu, hari Minggu. Tempatnya di kolam-kolam renang di Bandung, itu kalo buat latihan. Kalo udah praktek, PDC bakal langsung terjun ke laut lepas misalnya di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, seperti yang baru aja selesai dilakukan beberapa bulan yang lalu. Menurut Aditya Bramana, salah satu instruktur di PDC, peminat olahraga selam masih kurang karena mereka kurang mengetahui keberadaan klub ini. Makanya Adit berharap PDC terus melebarkan sayap dengan penyebaran informasi tentang PDC yang lebih intens sehingga PDC bisa merekrut lebih banyak anggota dan mencapai target 100 orang biar bisa diresmiin jadi UKM dan kedepannya semakin maju. (Yusuf Alfran 2101 1006 0021)